Pengabdi Setan 2: Communion – Teror Baru di Rumah Susun

Setelah sukses besar dari film pertamanya pada tahun 2017, Joko Anwar kembali menghadirkan kelanjutan kisah menyeramkan lewat “Pengabdi Setan 2: Communion”. Film ini resmi dirilis pada tahun 2022 dan berhasil menyedot perhatian publik berkat alur cerita yang lebih gelap dan suasana horor yang semakin intens. Jika pada film sebelumnya penonton dibuat takut dengan teror di rumah keluarga Rini, kini mereka diajak merasakan kengerian baru di sebuah rumah susun kumuh yang menyimpan misteri kelam.

Alur Cerita yang Lebih Gelap dan Menegangkan

“Pengabdi Setan 2: Communion” mengambil latar beberapa tahun setelah peristiwa tragis di film pertama. Rini dan dua adiknya, Toni dan Bondi, kini tinggal bersama sang ayah di sebuah rumah susun milik pemerintah. Mereka mencoba menjalani hidup baru, namun ketenangan itu tak bertahan lama. Serangkaian kejadian janggal mulai terjadi, dan teror dari masa lalu kembali menghantui.

Kehadiran rumah susun sebagai setting utama memperkuat atmosfer mencekam. Gedung tua yang penuh lorong sempit, penerangan minim, dan suara-suara aneh di malam hari menjadi latar sempurna untuk menciptakan ketegangan. Film ini tak hanya menawarkan jumpscare, tetapi juga permainan psikologis yang membuat penonton merasa tak nyaman sepanjang film.

Pengembangan Karakter yang Lebih Mendalam

Di film keduanya ini, Joko Anwar memberikan ruang lebih besar bagi pengembangan karakter. Rini, yang kini beranjak dewasa, terlihat lebih tangguh meski tetap menyimpan trauma. Toni yang kini remaja juga mulai menunjukkan kepedulian besar terhadap keluarganya. Selain keluarga inti, beberapa penghuni rumah susun juga menjadi karakter penting yang memperkaya cerita dan menambah unsur misteri.

Baca Juga : A Minecraft Movie: Film Fantasi di Dunia Blok Penuh Petualangan

Keterlibatan para tetangga dalam kejadian-kejadian aneh di rumah susun memperlihatkan bahwa ancaman dalam film ini bukan hanya bersifat supranatural, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan kepercayaan.

Atmosfer Sinematik dan Teknis yang Memukau

Salah satu kekuatan utama “Pengabdi Setan 2: Communion” adalah kualitas sinematiknya. Gambar-gambar yang kelam, pengambilan sudut kamera yang cerdik, dan penggunaan suara yang menggetarkan menjadikan film ini sangat atmosferik. Musik latar yang menghantui turut memperkuat ketegangan yang dibangun secara perlahan.

Rumah susun dengan segala kesuramannya seolah menjadi karakter tersendiri dalam film. Penonton akan merasa seolah ikut terjebak di dalamnya, bersama para karakter yang berusaha mencari jalan keluar dari teror yang membayangi.

Simbolisme dan Kritik Sosial

Joko Anwar kembali menyisipkan berbagai simbolisme dalam film ini, mulai dari tema keluarga, kepercayaan, hingga kehidupan sosial masyarakat miskin kota. Rumah susun sebagai lokasi bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol dari kehidupan yang penuh keterbatasan dan pengabaian. Kengerian dalam film ini terasa lebih nyata karena berakar pada ketakutan-ketakutan yang bisa ditemui di dunia nyata.

“Pengabdi Setan 2: Communion” bukan sekadar sekuel horor biasa. Film ini adalah kelanjutan cerita yang sukses membawa kengerian ke level yang lebih tinggi, dengan pendekatan visual dan naratif yang matang. Bagi penggemar horor, film ini wajib ditonton. Namun lebih dari itu, film ini juga memperlihatkan bagaimana Joko Anwar mampu menjadikan horor sebagai medium untuk menyampaikan pesan sosial yang kuat.

Dengan kombinasi cerita kuat, atmosfer yang mencekam, dan kritik sosial yang tajam, Pengabdi Setan 2: Communion adalah salah satu film horor Indonesia terbaik yang layak mendapat pujian.